Tahun 2008-2010 dianggap sebagai tahun kebangkitan bagi
industri perfilman Indonesia. Bagaimana tidak, pada tahun 2008 muncul film-film
berkualitas asli karya anak negeri sendiri seperti film Ayat-ayat Cinta
dan Laskar Pelangi yang berhasil mengajak sebanyak 30 juta rakyat Indonesia
untuk menonton di bioskop. Kedua film tersebut bahkan menjadi film lokal yang
paling banyak ditonton yakni mencapai 4 juta penonton. Sayangnya, animo
masyarakat terhadap film lokal nampaknya kini justru semakin menurun. Hal ini
terlihat dari jumlah penonton film Indonesia yang semakin berkurang sejak tahun
2010.
Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh
Indonesia (GPBSI), pada tahun 2010 jumlah penonton film nasional tercatat
sebanyak 16,8 juta orang, jumlah ini berkurang menjadi sebesar 16,2 juta pada
tahun 2011, dan terus berkurang pada tahun 2012 hingga 2013 yang masing-masing
mencatat sebanyak 15,7 juta dan 15 juta orang. Peningkatkan jumlah penonton
sedikit terjadi pada tahun 2014 yang mencapai angka 15,2 juta orang atau naik
sebanyak 200 ribu penonton. Meski begitu, jumlah ini tentunya masih kalah jauh
dibandingkan dengan jumlah penonton di tahun 2008 lalu.
Penurunan jumlah penonton film lokal tentunya membuat resah
para pekerja film, termasuk pengusaha bioskop. Beragam cara pun diusahakan
untuk bisa meningkatkan jumlah penonton, salah satunya adalah dengan rencana
penurunan harga tiket untuk film nasional di seluruh Indonesia. Badan Perfilman
Indonesia (BPI) berharap harga tiket film nasional yang murah ini bisa lebih
menarik minat masyarakat, terutama yang berada di daerah, untuk menonton film
lokal dibandingkan dengan film dari luar.
Rencana pemotongan harga tiket film lokal ini memang belum
terlalu dirinci, namun strategi ini dianggap akan lebih berhasil ketimbang
dengan membatasi masuknya film dari luar negeri. Pembatasan masuknya film luar
diyakini justru akan dapat semakin meningkatkan bisnis pembajakan film di
Indonesia. Selain pemotongan harga tiket film lokal. Ketua BPI, Kemala Atmodjo,
berpendapat untuk memangkas produksi film-film bermutu buruk atau berkulaitas
rendah yang banyak tayang di Indonesia. Film-fim tersebut diduga sebagai salah
satu faktor yang membuat minat masyarakat untuk menonton film lokal menjadi
berkurang. Meski begitu, rencana ini memang masih hanya sebatas wacana saja.
Semoga saja, semua rencana tersebut benar-benar bisa
membantu meningkatkan jumlah penonton film Indonesia. (raw)
0 komentar :
Posting Komentar